27 September 2011

Masalah Kehidupan

Mazmur 25:12-13
Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.  Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.


Siapa yang tidak kenal dengan artis dangdut Saiful Jamil.  Album Saiful yang terbilang paling sukses adalah ketika ia berduet bersama artis Ira Swara dengan lagu bertajuk Duet Sang Bintang. Album itu meraih penghargaan dari SCTV Music Awards 2006 Kategori Album dangdut Ngetop.  Selain bernyanyi Saiful juga pernah menjadi presenter untuk acara kuis TakDut.  Kesuksesan karir Saiful tidak diimbangi dengan kesuksesannya di dalam rumah tangga.  Saiful telah mengalami perceraian di dalam rumah tangganya bersama artis Dewi Persik.  Namun setelah perceraian tersebut Saiful pun menikah kembali dengan seorang wanita cantik yaitu Virginia pada tanggal 10 Maret 2011.  Tetapi jalan kehidupan yang berat kembali menimpa kehidupan Saiful Jamil, pada sabtu 03 September 2011 Virginia kembali kepada Yang Maha Kuasa.  Badai kehidupan kembali menimpa Saiful Jamil.  Bukan hanya perasaan duka yang dalam ketika ditinggalkan oleh istri yang baru 7 bulan menikah, tetapi juga Saiful harus merelakan anak yang masih dalam kandungan Virginia pergi bersama ibunya.  Selain itu Saiful juga harus menjadi seorang duda untuk kedua kalinya.  Perkembangan kasus kecelakaan di Tol Cipularang km 19, memaksa polisi untuk menjadikan Saiful sebagai tersangka atas meninggalnya Virginia istrinya.  Keadaan ini bukan hanya dapat dikatakan "sudah jatuh tertimpa tangga", tetapi lebih dari itu.  Masalah datang silih berganti dalam kehidupan Saiful Jamil, bahkan kesuksesan yang pernah dia raih dulu tidak menjamin kehidupannya akan bahagia dan lepas dari masalah hidup ini.
Jalan kehidupan Saiful Jamil yang saya ringkaskan diatas, menjadi sebuah ilustrasi buat kita.  Kesuksesan tidak selalu membuat kita lepas dari masalah.  Masalah kehidupan akan selalu datang menghampiri kehidupan kita selama di dunia ini.  Siapapun akan mengalami masalah dalam hidupnya - Orang kaya, orang miskin, artis, bahkan kita orang-orang kristen tidak akan lepas dari yang namanya masalah.
Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan seorang artis yang terkenal dengan pendapatan yang melimpah, mereka "sudah hidup bahagia".  Harta tidak menjamin kehidupan siapapun akan berjalan dalam kebahagiaan dan bebas dari permasalahan.
Pemazmur dalam nyanyian Mazmur 25:12-13 menjelaskan bahwa kebahagiaan itu hanya ada di dalam orang yang takut akan Tuhan.  Kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta duniawi, tidak terletak pada kesuksesan karir, dan tidak terletak pada keadaan yang anda sedang alami sekarang.  Kebahagiaan sejati itu ada di dalam hati orang yang memiliki takut akan Tuhan.
Masalah akan selalu datang silih berganti dalam kehidupan ini, tetapi bagi orang yang takut akan Tuhan mereka akan berkata "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. (Mazmur 28:7)"  Tuhan adalah penolong bagi setiap kita yang takut akan Dia, masalah boleh saja datang tetapi masalah tidak boleh membuat kita meragukan rencana indah-Nya dalam kehidupan kita.  Ada rencana indah yang sedang Tuhan persiapkan bagi kita dan ada pelajaran berharga yang Tuhan ajarkan kepada kita dalam setiap permasalahan yang kita alami.  Amin

26 September 2011

Metode Penafsiran Alkitab


Metode-Metode Penafsiran
Dalam ilmu penafsiran, ada metode-metode yang digunakan untuk menafsirkan teks.  Hal ini dikarenakan setiap naskah dari Alkitab itu dituliskan dengan tujuan yang berbeda-beda dan menyimpan makna yang berbeda pula dari setiap penulis Alkitab.
1.      Metode Alegoris
Metode ini beranggapan bahwa dibalik arti yang jelas dan nyata dari kitab suci terdapat arti yang sebenarnya.  Dalam membuat alegori, sebuah nas dengan arti harfiah yang jelas ditafsirkan dengan memakai perbandingan pokok demi pokok, yang memunculkan suatu arti rohani tersembunyi yang tidak jelas dalam bahasa nas tersebut.
Alegoris : Suatu cerita yang didalamnya orang-orang, hal-hal dan kejadian-kejadian mempunyai arti lain, seperti dalam fable, atau parable (perumpamaan); alegori digunakan untuk mengajar atau menjelaskan: penyajian ide-ide dengan memakai cerita-cerita tersebut; cerita atau gambar simbolis. (Webster)
Suatu alegori adalah suatu metafora yang luas, sama seperti perumpamaan adalah tamsil yang luas.  Suatu metafora adalah suatu kata kiasan yang di dalamnya suatu hal disamakan dengan yang lainnya.  Di dalamnya suatu hal dibicarakan seakan-akan hal itu adalah hal lainnya.  Ini merupakan suatu perbandingan tersirat yang di dalamnya satu kata atau frasa yang biasanya dan yang terutama digunakan untuk hal lain (Mis.  Tuhan, Bukit batuku – Mazm. 18:3; Lihat Anak Domba Allah – Yoh.1:29).
Sebuah tamsil adalah sebuah kata kiasan yang di dalamnya satu hal disamakan dengan hal lainnya.  Tetapi biasanya dengan memakai kata-kata “seperti” dan “bagaikan.”  Tamsil adalah perbandingan yang dinyatakan yang di dalamnya diberikan bukti bahwa sedang diadakan suatu perbandingan (Mis.  Seperti bayi yang baru lahir – 1 Pet.2:2).
Dari defenisi ini bisa ditarik satu perbedaan penting antara alegori dan perumpamaan.  Alegori berisi penafsirannya sendiri secara lengkap di dalamnya, atau dalam konteksnya, karena hal yang satu dinyatakan sebagai hal lainnya (Akulah pokok anggur – Yohanes 15:1),  Perumpamaan bisa secara jelas menyatakan perbandingannya (Hal kerajaan sorga itu seumpama biji sesawi – Mat.13:31), atau tanpa perbandingannya sama sekali dan akan memerlukan penjelasan dari luar perumpamaan tersebut untuk mengetahui apa yang diperbandingkan (Adalah seorang penabur keluar untuk menabur – Mat.13:3).
2.      Metode Mistis
Metode ini beranggapan bahwa dibalik kata dan pengertiannya yang biasa itu tersembunyi aneka ragam arti.  Jadi metode mistis manganggap kitab suci bisa mempunyai sejumlah arti.  Ketika sebuah nas ditulis oleh penulis Alkitab, tujuan dari penulis Alkitab tersebut bukan hanya satu tetapi banyak pengertian yang tersembunyi di dalamnya.  Sehingga metode mistis menafsirkan sendiri sesuai dengan aturan sendiri, bukan didasarkan atas maksud dari penulis Alkitab tersebut.
3.      Metode Pengabdian.
Metode ini beranggapan bahwa Alkitab ditulis untuk pembinaan pribadi setiap orang yang percaya dan bahwa pengertiannya yang tersembunyi untuk setiap pribadi hanya bisa diungkapkan dengan cahaya sinar rohani batiniah yang besar.  Metode ini memeriksa Alkitab untuk menemukan arti yang dapat membangun kehidupan rohani.  Jadi, menafsirkan ayat-ayat Alkitab dengan metode pengabdian berarti mencari dibalik arti harfiah yang jelas dari ayat-ayat itu pengertian rohani yang dapat diterapkan dalam kehidupan orang percaya.  (mis. Mat.10:9,10,19).

PENAFSIRAN ATAS NUBUAT


PENAFSIRAN ATAS NUBUAT
Nubuat jauh lebih rumit dari buku puisi – karena nubuat ditandai dengan ucapan ekstatis, yang bentuknya.
Kamus Webster mendefenisikan nubuat sebagai “ramalan mengenai masa depan di bawah pengaruh tuntunan ilahi; tindakan atau praktik seorang nabi; sesuatu yang diramalkan.”
Wujud Nubuat.
Wujud nubuat ada dua pada dasarnya: 
1.   Pewartaan.  
Bentuk nubuat ini berada dalam bidang pemberitaan: sang nabi berbicara atas nama Allah kepada orang-orang, menyampaikan pikiran Allah untuk masa sekarang.  Sering kali masa lalu dipakai untuk berbicara tentang masa sekarang.  Ini akan meliputi hal-hal seperti nasihat, teguran, peringatan, pembinaan, serta penghiburan.
   2. Pemberitahuan sebelumnya.  
      Bentuk nubuat ini merupakan ramalan: sang nabi berbicara atas nama Allah, menyampaikan pikiran Allah untuk masa yang akan datang.  Sering kali baik masa lalu maupun masa sekarang digunakan untuk berbicara tentang masa yang akan datang.  Banyak kali maksud ramalan nabi adalah untuk menghasilkan kehidupan yang saleh pada masa sekarang.
Klarifikasi Nubuat Tertulis
Ada 3 klarifikasi menurut Kevin J. Corner dan Ken Malmin :
    1. Nubuat Lokal
      nubuat ini mengacu kepada kejadian-kejadian ketika sang nabi berbicara kepada generasinya sendiri tentang keadaan rohani mereka dan keinginan Allah bagi mereka.  Kebenarannya tetap bersifat kekal dan tetap merupakan standar yang dengannya setiap generasi diukur.
     2.   Nubuat nasib bangsa
     bila sang nabi berbicara mengenai sejarah masa depan bangsa-bangsa.  Ini terutama dilihat sebagai ramalan yang di dalamanya sang nabi bisa memakai sejarah masa lalu bangsa tersebut serta kondisinya sekarang sebagai tahap dimana digambarkan hukuman atau berkat mereka pada masa yang akan datang.  Waktu menafsirkan nubuat ini penafsir harus menggunakan prinsip pembagian etnik supaya tidak kacau dalam hal nasib bangsa-bangsa.
     3.  Nubuat Mesianis
   bila sang nabi berbicara mengenai Kristus dan jemaat.  Hal ini terutama terlihat sebagai ramalan dimana sang nabi memakai berbagai unsur dari sejarah masa lalu, situasi local masa sekarang dan bahkan nasib bangsa pada masa mendatang untuk memberitahukan sebelumnya tahap akhir dari maksud Allah dalam era Mesianis.  Nubuat Mesianis meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Kristus dan jemaat, sejak kedatangan-Nya yang pertama sampai kedatangan-Nya yang kedua.

TEKS-TEKS PERJANJIAN LAMA


TEKS-TEKS PERJANJIAN LAMA[1]
Teks Masoret
Teks tulisan tangan Perjanjian Lama kuno yang utuh sekarang ini adalah Kodeks B19 yang saat ini berada di Perpustakaan di St. Petersburg. Teks ini dikenal dengan nama Kodeks Leningradensis, yang juga dikenal dengan nama Kodeks Petropolitanus, ditulis pada tahun 1008 di Kairo dan merupakan teks tulisan tangan terbaik, sehingga para ilmuan Alkitab banyak mengacu kepada teks ini.
Kodeks Leningradensis berasal dari tradisi penulisan teks Alkitab Ibrani yang sangat rumit, yaitu berasal dari para Masoret dari abad ke-8 sampai ke-10 M di Tiberias di pantai danau Genesaret. Oleh karena itu orang menyebut teks yang berasal dari tradisi penulisan ini sebagai teks Masoret. Terdapat dua keluarga Yahudi dalam tradisi penulisan ini, yaitu Ben Asyer dan Ben Naftali. Pada dasarnya huruf-huruf Ibrani adalah konsonan semua. Hal ini juga berlaku kepada teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama yang ditulis dengan huruf konsonan semua disebut teks konsonan. Pembacaan teks konsonan ini didasarkan pada tradisi pembacaan kitab suci yang turun temurun. Kodeks Aleppo, yang merupakan teks konsonan, yang menjadi teks dasar, diberi tanda vokal (vokalisasi) oleh Harun ben Asyer, lalu hasil dari vokalisasi yang dilakukan oleh Harun ben Asyer disalin lagi oleh Samuel ben Yakub. Kodeks Leningradensis yang telah disebutkan di atas adalah hasil salinan yang dikerjakan oleh Samuel ben Yakub.
Yang menjadi pendorong pemberian tanda vokal pada teks konsonan Ibrani yang dilakukan oleh Ben Asyer dan Ben Naftali adalah Sekte Kareer ("Para Pengikut Kitab Suci"), yang pada abad ke-8 berkembang di daerah Babilonia. Sekte ini mengabaikan penafsiran rabi-rabi Yahudi yang didasarkan pada tradisi Talmud, dan mereka lebih mengarahkan pengajaran mereka hanya pada Kitab Suci. Sehingga pada waktu itu berkembang pemikiran, bahwa jika tradisi pembacaan ini terputus dan hilang, maka anak-cucu mereka tidak dapat membaca Kitab Suci lagi serta tidak dapat memahaminya, karena teks Kitab Sucinya adalah berbentuk konsonan. Kebutuhan yang mendesak ini juga dipikirkan oleh para Masoret yang adalah para rabi (bukan berasal dari Sekte Kareer!), sehingga dua keluarga yang telah disebutkan di atas mengerjakan vokalisasi teks konsonan.
Teks Pentateukh Samaritan
Tradisi penyalinan teks kitab suci yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut di atas yang biasa disebut teks masoret bukanlah satu-satunya tradisi penyalinan teks kitab suci Ibrani. Di samping tradisi penyalinan ini terdapat juga tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria. Tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria ini dimulai sejak keterpisahan (skisma) jemaat Yahudi dan Samaria pada tahun yang tidak diketahui lagi, tetapi yang pasti pada zaman setelah pembuangan. Orang-orang Samaria adalah penduduk yang tinggal di wilayah Israel utara setelah pada tahun 722 SM ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Mereka adalah campuran antara Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di daerah tersebut. Mereka hanya mengakui Pentateukh sebagai Kitab Suci mereka. Teks tulisan tangan yang tertua dari tradisi ini yang masih ada berasal dari abad ke-12 M yang sekarang ini berada di Perpustakaan Universitas Leipzig.
Teks Qumran
Antara tahun 1947 dan 1956 ditemukan fragmen-fragmen teks Perjanjian Lama dalam bentuk lebih dari 190 gulungan dari dalam 11 gua di Qumran, yang terletak di pantai Laut Mati, yaitu sekitar 15 km sebelah selatan dari kota Yerikho. Dimulai dari ketidak sengajaan pada tahun 1947, yaitu ketika seorang gembala muda dari suku Badui, yang mencoba untuk mencari dombanya yang hilang di sekitar gua-gua di Qumran, dan ketika dia mencoba untuk mencari dombanya di sebuah gua, dia secara tidak sengaja menemukan gulungan-gulungan kitab. Penemuan ini merupakan penemuan pertama gulungan-gulungan kitab Qumran, dan sejak saat itu para arkeolog meneliti di Qumran dan menemukan gulungan-gulungan kitab yang lainnya. Sebagian besar fragmen tersebut berasal dari abad ke-2 SM dan ke-1 SM, namun ada juga sebagian kecil yang berasal dari abad ke-3 SM. Setiap bagian dari kitab-kitab Perjanjian Lama (kecuali kitab Ester) ditemukan di Qumran. (Lihat Naskah Laut Mati) Gambar 1: Qumran
Teks Yunani
Tradisi penerjemahan Alkitab Ibrani ke Yunani juga merupakan sumber yang sangat penting, yang disebut Septuaginta. Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "tujuh puluh" dan biasanya disingkat dengan huruf romawi LXX. Legenda tentang Septuaginta ini didasarkan pada Surat Aristeas pada abad ke-1 SM: Demetrius dari Phaleron, ketua Perpustakaan di Alexandria, mengusulkan kepada Raja Ptolemeus II Philadelphus (285-246 SM) untuk memasukkan kitab Taurat Yahudi ke dalam Perpustakaan Alexandria. Untuk melaksanakan proyek ini, maka 72 tua-tua Yahudi (enam dari masing-masing suku Israel/ 6 x 12 = 72), dikirim oleh Imam Besar Eliezer ke Alexandria untuk menerjemahkan kitab Taurat, dan penerjemahan itu memakan waktu selama 72 hari dan hasil dari penerjemahan ini digunakan oleh jemaat Yahudi yang saat itu berada di Diaspora Mesir. Legenda ini didasarkan pada motif mujizat munculnya Septuaginta. Namun dari legenda ini kita dapat memperoleh informasi, bahwa kitab Taurat dalam bahasa Yunani pada awalnya dipergunakan oleh jemaat Yahudi yang berada di Diaspora Mesir yang tidak bisa berbahasa Ibrani lagi, yaitu pada pertengahan abad ke-3 SM. Satu abad setelah itu, yaitu sekitar pertengahan abad ke-2 SM, seluruh Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Hal ini didasarkan pada Prolog kitab Sirakh (sekitar 132 SM), bahwa "Taurat, para Nabi, dan kitab-kitab lain" (mengacu kepada tiga bagian dari kitab Ibrani, yaitu Torah, Nebi'im dan Ketubim) telah diterjemahkan dalam "bahasa lain" (tentunya dalam hal ini bahasa Yunani).
Tradisi Septuaginta sangat berbeda dengan tradisi Masoret, baik dari sisi bahasa maupun teksnya. Nampaknya teks Ibrani yang digunakan oleh para penerjemah adalah teks yang berbeda dengan teks dari tradisi Masoret. Hal ini didasarkan pada bukti: bahwa (1) Septuaginta memuat beberapa kitab di luar kitab Ibrani, (2) bahwa kitab Daniel dan Ester di Septuaginta lebih panjang dari versi kitab Ibrani, dan juga kitab Yeremia versi Septuaginta lebih pendek dari versi kitab Ibrani, secara khusus perbedaan bentuk teks antara teks Ibrani yang digunakan oleh Septuaginta dan teks Ibrani Masoret akan nampak jika kita membandingkannya secara mendetail dari kitab Daniel.
Pada awalnya tradisi Septuaginta menjadi teks yang sangat penting bagi orang Yahudi pada waktu itu. Namun setelah konsili Yamnia (sekitar 95 M) tradisi ini menduduki peranan yang tidak penting lagi. Hal ini mungkin karena teks Septuaginta menjadi pegangan penting bagi orang Kristen mula-mula, dan teks ini mendapat tandingan dari terjemahan Yunani yang baru, yaitu Aquila (130 M), Theodotion (abad ke-2 M) dan Symmakus (abad ke-3 M). Namun tradisi ini mendapat tempat yang sangat penting dalam tradisi Kristen. Kemudian Septuaginta direvisi oleh para ahli Kristen:
oleh Origenes (antara 232-254 di Kaisarea dalam edisi teks kritik Septuaginta),
oleh Uskup Mesir Hesikhius (meninggal sekitar 310),
oleh Tua-Tua Lukian di Antiokhia (meninggal sekitar 311).
Menurut keterangan Hieronimus, orang Kristen di Alexandria dan Mesir menggunakan Septuaginta versi Hesikhius; sedangkan orang Kristen di Konstantinopel sampai Antiokhia menggunakan Septuaginta versi Lukian Sang Martir; dan di samping itu orang Kristen di Palestina menggunakan Septuaginta versi Origenes.
Kemudian berdasarkan Septuaginta diterjemahan Alkitab Perjanjian Lama dalam beberapa bahasa lain, yaitu pada abad ke-3 M ke dalam bahasa Koptik, salah satu dialek bahasa Mesir; lalu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Ethiopia; di samping itu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Gotik oleh Uskup Gotik Ulfias. Berdasarkan versi Origenes Alkitab Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia pada sekitar tahun 440 M.
Targum
Ketika bahasa Ibrani bukan lagi menjadi bahasa pengantar di Palestina, banyak orang yang tidak mengerti isi kitab suci, karena kitab suci tertulis dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu diambil inisiatif, bahwa dalam ibadah di Sinagoga, setelah dibacakannya kitab suci dalam bahasa Ibrani, teks Ibrani tersebut diterjemahkan (dalam tradisi lisan) ke dalam bahasa Aram. Terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Aram dalam tradisi lisan tersebut (targum, jamak: targumim) baru mulai sekitar tahun 300 M ditulis oleh ahli-ahli kitab suci. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan penerjemahan dan ketidak-tentuan, karena penerjemahannya sendiri lebih berdasarkan interpretasi. Namun di sisi lain, dalam kritik teks, Targum kadang juga menjadi penting untuk diperhatikan, karena dia merupakan terjemahan dari teks yang lebih tua dari teks Masoret. Terdapat dua Targum yang terkenal dan penting, yaitu Targum Palestina dan Targum Babilonia.
Pesyitta
Pesyitta merupakan terjemahan PL dalam tradisi Kristen. Penerjemahannya sangat bergantung dengan Targum, sehingga kedudukannya dalam kritik teks tidaklah menduduki tempat yang penting. Selain bergantung dengan Targum, Pesyitta juga menggunakan LXX.
Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin
Sampai sekitar tahun 250 M bahasa Yunani merupakan bahasa pengantar resmi di seluruh kerajaan Romawi. Namun di beberapa provinsi, misalnya di Afrika Utara, bahasa Latin masih menjadi bahasa pergaulan masyarakat, sehingga dibutuhkan penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin untuk masyarakat yang berdiam di provinsi-provinsi tersebut. Terjemahan-terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin tersebut mulai muncul pada awal abad ke-2 M. Tradisi penerjemahan yang tertua adalah terjemahan dari Afrika, dan yang lebih muda adalah terjemahan dari Italia. Terjemahan-terjemahan Latin ini disebut dengan nama "Vetus Latina" atau oleh orang Galia-Selatan disebut dengan nama "Itala" (versio Itala). Penerjemahan-penerjemahan ini berdasarkan teks LXX.
Paus Damasus (366-384) memutuskan untuk merevisi Alkitab latin dan hasil dari perevisian ini akan menjadi teks resmi gereja Katolik. Untuk mewujudkannya, dia memerintahkan kepada Sophronius Eusebius Hieronimus (347-419) untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa latin atau sedikitnya merevisi teks-teks latin yang sudah ada. Hieronimus menyelesaikan penerjemahannya pada tahun 406. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin tersebut disebut Vulgata. Pada tahun 801 Vulgata kembali direvisi oleh Abt Alkuin.
Melalui keputusan pada Konsili Vatikan II Vulgata direvisi kembali dan revisi tersebut selesai pada tahun 1979. Hasil revisi Vulgata tersebut disebut Nova Vulgata.
Kanonisasi Perjanjian Lama
Umat Yahudi mengakui 39 kitab (atau menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel (1 Samuel dan 2 Samuel); kedua kitab Raja-raja (1 Raja-raja dan 2 Raja-raja); kedua kitab Tawarikh (1 Tawarikh dan 2 Tawarikh); kitab Ezra dan kitab Nehemia; dan 12 kitab nabi-nabi kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab Rut digabungkan dengan kitab Hakim-Hakim; dan kitab Ratapan digabungkan dengan kitab Yeremia) yang ditulis dalam bahasa Ibrani (veritas hebraica) sebagai kanon.
Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam sebuah konsili yang diadakan di Yamnia (sekarang ini bernama Yabne, terletak di dekat pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya Israel. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting). Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang Yahudi dewasa ini masih tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di konsili Yamnia. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.
Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang didasarkan pada kitab-kitab Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman Yesus dan jemaat Kristen perdana) diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai wibawa di kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan setelah kanonisasi di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat Yahudi.
Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh Hieronimus dalam menyusun Vulgata. Gereja Katolik mengakui tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab. Jumlah ini 7 kitab lebih banyak dari tradisi Protestan, yaitu: Kitab Tobit, Yudit, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Sirakh, Surat Barukh, dan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Daniel, dan Tawarikh). Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai “Deuterokanonika”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagai Protokanonika. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan dahulu disebut “Apokrif”. Menurut Luther kitab-kitab ini baik dan berguna untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci.
Bahasa Kitab Perjanjian Lama
Kitab Perjanjian Lama sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani dan ada beberapa bagian ditulis dalam bahasa Aram. Sebagian kecil yang ditulis dalam bahasa Aram tersebut terdapat dalam kitab Daniel dan Ezra.

Bom Bunuh Diri di Solo : Dunia Membenci anak-anak Tuhan.


Yohanes 15:18
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.”

Peristiwa bom bunuh diri di GBIS Kepunton Solo Jawa Tengah, pada hari minggu 25 September 2011 menambah catatan sejarah tentang banyaknya tindakan criminal atau terorisme terhadap gereja-gereja.  Orang-orang percaya kembali lagi mengalami ancaman dari dunia ini.  Kebebasan beribadah dan memeluk agama yang berlandaskan UU dan Pancasila sudah tidak dapat lagi dipertanggung jawabkan oleh negera.  Tetapi jika kita kembali menyimak dan merenungkan apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 15:18, maka kita dapat menemukan jawaban yang sungguh mengejutkan.  Yesus mengatakan bahwa, jika dunia membenci kita, maka kita harus mengingat bahwa dunia sudah lebih dahulu membenci Tuhan Yesus.
        Tafsiran Alkitab Wycliffe mengatakan, “Dunia adalah masyarakat yang belum diselamatkan, terasing dari Allah.  Di dalam cengkraman dosa dan si jahat, buta terhadap kebenaran rohani dan memusuhi orang-orang yang memiliki kehidupan Allah di dalam diri mereka.  Kebencian tidak akan diarahkan kepada murid karena suasana anti – semitisme, tetapi merupakan kelanjutan permusuhan dan kebencian yang diarahkan kepada Kristus.  Serangan akan berpindah dari Gembala kepada domba-domba-Nya.  Sepasti hidup mereka akan mencerminkan Kristus, sepasti itu pula mereka akan menarik kebencian dari orang-orang berdosa (bnd. Gal 4:29).”[1]
       Membenci berarti, “merasa sangat tidak suka (tidak menyenangi); benci kepada.”[2]  Kebencian terhadap orang percaya akan semakin kuat menjelang akhir zaman.  Hal ini disebabkan oleh karena dosa yang membutakan mata hati dunia ini untuk tidak bertindak berdasarkan kasih, tetapi kebencian.  Kebencian ini merupakan sifat-sifat yang tertanam dalam diri manusia karena dosa.  Kebencian terhadap Kristus membuat membuat Bom Bunuh Diri selalu ditujukan kepada orang-orang percaya.  Bukan hanya Bom, tetapi pembakaran gereja, penganiayaan serta penutupan gereja secara paksa dilakukan oleh orang-orang yang mengatas namakan keadilan dan kebenaran.  Hal ini akan terus dialami oleh anak-anak Tuhan oleh karena nama Tuhan Yesus.
      Sebenarnya Tuhan Yesus telah terlebih dahulu menjadi sasaran kebencian dari dunia yang berdosa ini.  Sehingga Yesus mengingatkan kita selalu bahwa akan ada saatnya kita akan dibenci oleh dunia ini karena Kristus.
        Yesus juga mengatakan pada ayat 19, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”  “Hate” dunia yang berdosa akan membenci kita anak-anak Tuhan, sebagaimana dunia membenci akan Kristus.  Ayat 21, “Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”  Penganiayaan itu memang akan terjadi atas kita, oleh karena nama Tuhan.  Tetapi tetaplah teguh untuk tidak membalas segala kejahatan dengan kejahatan.  Roma 12:17, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!”  Matius 5:10-11, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.  Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.”
        Karena itu dalam situasi seperti ini, baiklah kita kembali melihat dan merenungkan setiap perkataan TUHAN Yesus dan bertindak sesuai dengan firman-Nya.  Ada kekuatan yang TUHAN sediakan bagi setiap kita anak-anak-Nya untuk melalui setiap penganiayaan dan fitnah yang ditujukkan kepada kita.  Immanuel : Allah beserta kita semua.


[1] Tafsiran Waycliffe, 369.
[2] KBBI

25 September 2011

MENOLONG HOMOSEKS


MENOLONG ORANG YANG MENDERITA HOMOSEKS[1]
Tidak mudah bagi kita untuk bisa melakukan sesuatu yang berbeda bagi orang lain, terlebih lagi kepada kaum homoseksual. Masyarakat sudah terbiasa memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang harus dihindari, ditakuti bahkan harus dikucilkan dari pergaulan. Jika demikian, bagaimana kita bisa memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda dengan orang lain? Simak tanya jawab berikut ini dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D.!
T:            Bagaimana tahapan-tahapan seseorang menjadi homoseks?
J:            
Biasanya seseorang menyadari identitas seksualnya pada usia 3 atau 4 tahun. Namun seseorang akan menyadari seksualitasnya, ketertarikannya, gairah, dan dorongan-dorongan seksualnya pada waktu mereka menginjak usia remaja. Pada masa ini pulalah, seseorang yang memang orientasinya homoseksual menyadari bahwa dia tidak tertarik kepada lawan jenisnya, dia jauh lebih tertarik secara seksual dengan sesama jenis.

Saat dia menyadari itu, mulailah dia masuk ke dalam FASE KEBINGUNGAN. Kebingungan dalam pengertian mereka bertanya-tanya mengapa saya begini dan mengapa saya berbeda. Dia tidak merasakan bisa pas masuk ke dalam kelompoknya karena teman-temannya pasti membicarakan tentang lawan jenisnya, sedangkan dia tidak bisa bicara seperti itu. Dia mulai merasa berbeda dengan teman- temannya.

Fase ini akan membawa dia ke FASE PENYANGKALAN. Saya tidak mau menjadi seperti ini, saya normal, saya sama seperti orang lain, saya heteroseksual, saya tidak ada bedanya dengan teman-teman saya. Dia akan terus menggumuli dan melawannya, itulah sebabnya kita perlu berempati, dan menyadari bahwa tidak ada satu anak remaja pun yang akan dengan senang hati menyambut bahwa dia itu seorang homoseksual. Mereka akan merasa ketakutan, bingung, dan tertekan sekali sebab mereka tidak mau menjadi orang yang berbeda dengan orang lain, mereka ingin menjadi sama seperti teman- temannya, ini adalah suatu penderitaan tersendiri bagi mereka. Akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka memang berbeda dan mereka tidak bisa mengatasinya.

Masuklah dia ke dalam FASE MENCARI. Ada suatu kerinduan mereka untuk bertemu dengan orang yang sama atau senasib seperti dirinya. Ini adalah kerinduan untuk dimengerti, untuk mendapatkan teman yang sama, yang bisa memahami dilemanya. Tanpa disadari, mulailah dia mencari. Akhirnya mereka bertemu dengan yang sama sebab memang akan ada yang sama dalam lingkungan mereka. Waktu bertemu, mulailah terjalin suatu hubungan yang akrab karena mungkin sekali temannya itu menghadapi dilema yang sama dan juga sedang mencari teman-teman yang sama sepertinya. Mereka menceritakan bahwa inilah yang mereka alami, ketertarikan- ketertarikan kepada sesama jenis. Setelah itu, kemungkinan besar yang terjadi adalah eksperimen seksual. Ini seringkali menjadi suatu titik berangkat dimana mereka sekarang akan lebih dicenderungkan untuk mengembangkan bukan saja orientasi homoseksual namun juga perilaku seksual, yaitu ingin terus berhubungan seksual dengan sesama jenisnya.

Meskipun sudah tahu dan mereka menyadari bahwa mereka adalah homoseksual dan tidak bisa lagi menghilangkannya, biasanya setelah eksperimen seksual itu terjadi akan ada pergumulan. Fase ini disebut FASE PERGUMULAN. Sekarang pergumulannya lebih dalam lagi, yaitu mereka menyadari bahwa ini bukan saja keinginan tapi sudah menjadi tindakan. Jadi ada keinginan untuk tidak seperti itu, saya ingin kembali lagi sama, saya ingin mencoba lagi menjadi orang yang sama. Tidak jarang ada homoseksual yang akhirnya bertekad menikah, bukan untuk menipu pasangannya, bukan untuk mengelabui orang lain, melainkan karena mereka ingin mengalahkan dorongan itu dan mereka berpikir bahwa dengan menikah mereka berharap mudah-mudahan dorongan seksual ini akhirnya bisa hilang.

Bisa atau tidak memang tergantung dengan siapa kita berbicara. Seseorang yang memang ingin membela keyakinan bahwa ia dilahirkan sebagai homoseksual, dan tidak ada salahnya dengan diri seorang homoseksual, akan berkata terimalah itu, mengapa mesti memikirkan berubah. Tapi kita memiliki suatu titik berangkat, yaitu firman Tuhan yang tidak mengizinkan seseorang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenisnya. Jadi, memang ada orang yang memasuki FASE PENERIMAAN, menerima apa adanya, tidak usah lagi melawan saya, dan menikmati hidup sebagai seorang homoseksual. Tapi Tuhan menghendaki kita TIDAK MEMASUKI FASE PENERIMAAN itu, seyogyanyalah kita terus berjalan di dalam fase pergumulan.

T:           
Sebagai teman sepersekutuan atau teman segereja, bagaimana sikap kita menghadapi kenyataan seperti itu?

J:            
Kita mesti menekankan cara Tuhan menghadapi manusia, yaitu Tuhan sebagaimana Tuhan Yesus pernah berkata: "Aku datang bukan untuk menghakimi tapi menyelamatkan manusia dari dosa." Jadi Tuhan selalu menggunakan cara pendekatan cinta kasih, Tuhan melihat kita berdosa, Tuhan terus memanggil kita, Tuhan terus menantikan kita. Demikian pula dalam menghadapi teman kita yang homoseksual. Respon kita haruslah tidak menjauhinya, tidak mengejeknya, tidak menghinanya, tidak memberi dia label-label tertentu. Justru kita harus bersimpati terhadap dia dan tetap berteman dengannya. Kita harus menyadari bahwa seseorang menjadi homoseksual, biasanya setelah mengalami pergumulan yang luar biasa beratnya, mereka juga ingin sama seperti orang lain. Jadi kita mesti memahami sisi penderitaan itu, selain itu kita juga mesti memahami bahwa mungkin sekali ada pengaruh genetik di dalam orientasi itu sehingga mereka lebih cenderung seperti itu. Kalaupun misalkan faktor genetiknya tidak sekuat dengan faktor lingkungan, kita tetap harus mengakui bahwa jika kita dibesarkan dalam lingkungan seperti itu, kita mempunyai kecenderungan yang sama dengan dia. Jadi kita tidak boleh mempunyai sikap benar sendiri, mempunyai sikap sombong, saya ini suci, engkau ini tidak suci atau saya ini bersih engkau ini kotor, kita tidak bisa mempunyai sikap seperti itu. Kita mesti menyadari bahwa dia mengalami suatu penderitaan yang berat dan kita mau menolongnya, itu yang harus kita lakukan, kita mau menolongnya. Sebab saya kira kalau kita datang dengan sikap mau menolong, mau membantu, dia akan lebih terbuka untuk membuka diri dan membiarkan dirinya ditolong oleh kita.

T: Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menolong mereka sampai tuntas?

J: Yang paling praktis adalah membentuk suatu kelompok, di mana kalau bisa, terdiri dari orang-orang yang mempunyai pergumulan tentang homoseksualitas. Di sana kita adakan kelompok tumbuh bersama, berdoa bersama, dan menguatkan satu sama lain. Jadi tujuan yang PERTAMA untuk mengubah orientasi mereka sehingga mereka menjadi heteroseksual. Tujuan yang KEDUA, selama belum menjadi heteroseksual, hiduplah kudus di hadapan Tuhan sebagai seorang yang single yang tidak menikah. Kaum homoseksual juga bisa hidup selibat, mempersembahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan itu akan menjadi persembahan yang akan Tuhan terima asalkan dia tidak melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Jadi orientasi itu mungkin tetap ada di dalam dirinya dan masih dalam pergumulan untuk hilang dari dalam dirinya, tapi dia tidak melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Dia menjaga dirinya kudus dan untuk ini mungkin perlu kelompok yang saling mendukung, saling menguatkan dan saling mendoakan.

Api Lebak Ben-Hinom


API DI LEBAK BEN-HINOM[1]

Lembah Ben-Hinom, 2Taw 28:3Yer 19:6 [Semua]
Itulah Yerusalem; Yos 10:1; [Lihat FULL. Yos 10:1]
Lembah Hinom, 2Raj 23:10Yer 7:31; 19:2 [Semua]
Orang Refaim. 2Sam 5:18,221Taw 14:9Yes 17:5 [Semua]

Lembah yang terletak di sebelah Selatan dan Barat kota Yerusalem. Lembah itu dimulai dari kolam Mamilla, berbelok mengelilingi bukit di Barat-Daya Yerusalem dan berakhir masuk ke lembah Kidron. Sebuah batas topografi yang jelas tidak mungkin dapat diberikan. Menurut Yos 15:8; 18:16 ~LH dijadikan batas antara Yuda dan Benyamin. Kalau begitu ~LH hanya merupakan bagian selatan lembah itu. --~LH diduga menjadi tempat kebaktian --> Molokh sejak zaman purba. Di dalam kebaktian itu orang membakar anak-anak (Yer 7:31-32; 19:5-6). Yosia (2Raj 23:10) "menajiskan" tempat kebaktian Tofet, agar korban-korban itu dihentikan. Di dalam kebaktian Molokh itu Ahas (2Taw 28:3) dan Manasye (2Taw 33:6) pernah mengikutinya. Nama tempat itu makin menjadi tanda untuk mengungkapkan tempat hukuman dan tempat putusan Allah (: gehenna), karena kengerian kurban itu dan karena kutuk yang diucapkan Yeremia atas lembah itu (Yer 7:32; 19:6)
Suatu lembah di luar Yerusalem. Jalan menuju *Betlehem melalui lembah itu. Pada suatu ketika, di sana *anak-anak dikorbankan kepada Dewa *Molokh (Yer. 7:31) dan kemudian hari menjadi tempat pembakaran sampah. Karena itu, lembah ini menjadi gambaran *neraka (Hades), tempat kutukan dan pemusnahan orang-orang fasik (Mat. 18:8-9, catatan pinggir NRSV).

Strongs #3434:

[maskulin] Molokh (dewa Kanaan)
Molokh. (Bhs. Semit: Raja).
Suatu dewa Semit. (Barangkali dewa kesuburan tanah). ~M telah dibuktikan telah dipuja sejak abad 20/21. Pemujaan dewa ~M memperoleh pengaruh yang lebih besar lagi di Isr. (2Raj 23:10; Yer 32:35) oleh kemajuan yang dicapai bangsa Asyur pada abad 8/7: Korban anak di lembah Kidron/Hinon (2Raj 16:3; 17:17; 2Taw 33:6; Yeh 16:21). Pada waktu sebelumnya ia rupanya sudah dikenal di Isr. (bdk.: Kej 22:1-24; Hak 11:30-40). Larangan ibadat terhadapnya (Im 18:21; 20:2-5). Nama-nama pribadi dengan unsur ~M membuktikan, bahwa perluasan pemujaan terhadapnya berkembang sampai di daerah Malta dan Sardinia.
TB- Dewa sembahan bani Amon (bandingkan Milkom --> 20423) yang kepadanya dipersembahkan anak-anak sebagai korban, juga di Yerusalem (2Raj 23:10; bandingkan Kis 7:43).
BIS- Nama dewa orang Semitis. Penyembahan kepadanya ditandai dengan pengorbanan anak-anak di dalam api oleh orang tua mereka.

Dewa yang kepadanya dikorbankan anak-anak sebagai persembahan di Tofet, dekat Yerusalem; adat musyrik ini dikutuk (Im. 18:21; 2Raj. 23:10; Yer. 32:35). Ternyata reformasi *Yosia tidak mampu memusnahkan sisa keagamaan kafir orang *Kanaan ini.
Ilah yg disembah oleh bangsa Amon. Bentuk Ibrani nama ini ialah Molek. Beberapa penafsir menyarankan bahwa huruf mati Ibrani dari kata melekh, artinya 'raja', dan huruf hidup dari kata bosyet, 'malu', digabungkan membentuk kata Ibrani molekh, untuk mengungkapkan kekejian terhadap ilah bangsa lain itu. Kata Ibrani molekh (LXX molokh) mungkin dihubungkan kepada kata Fenisia-Kartago molok, yg dikenal pada tulisan ukir dari thn 400-150 sM, dan terdapat sebagai molc dalam tulisan ukir Latin dari Kartago kr thn 200 M (W. F Albright, Archaeology and the Religion of Israel, 1953, hlm 162 dst). Ilah itu dihubungkan dengan muluk, yg disembah di Mari kr thn 1800 sM, dan malik, yg ada dalam naskah-naskah Akad, dan tampil dalam bentuk majemuk Adramelekh dan Anamelekh dalam 2 Raj 17:31. Melalui akar yg sama mlk, nama itu dihubungkan dengan Milkom dan Malkam. Dalam PL Molek umumnya mempunyai kata sandang (Im 18:21; 20:2-5; 2 Raj 23:10; Yer 32:35), yg menyarankan bahwa kata itu mungkin merupakan kata umum bagi 'orang yg memerintah'. Yer 32:35 menunjukkan suatu hubungan dengan Baal, yg namanya juga adalah kata biasa (bukan kata orang) dan kepadanya, di bawah nama Baal-Melgart, orang mempersembahkan anak di Tirus.
Kebaktian kepada Molokh dihubungkan dengan mempersembahkan kepada Molokh anak-anak, laki atau perempuan, dalam api (Im 18:21; 20:2-5; 2 Raj 23:10; Yer 32:35; bnd 2 Raj 17:31). Praktik itu sudah terbukti pada dokumen-dokumen dari Siria (W. F Albright, lih kitabnya yg dikutip, hlm 163).
Taurat Musa menuntut hukuman mati terhadap seseorang yg mempersembahkan anaknya sebagai korban kepada Molokh (Im 18:21; 20:2-5). Kemudian hari, Salomo sendiri mendirikan suatu bukit pengorbanan bagi ilah ini 'di gunung di sebelah timur Yerusalem', yaitu Bukit Zaitun (1 Raj 11:7). Beberapa ay PL yg menyinggung persembahan anak-anak, walaupun tidak khusus disebut kepada Molokh, dapat dicantumkan di sini (Mzm 106:38; Yer 7:31; 19:4-5; Yeh 16:21; 23:37, 39). Raja Ahas, kr thn 730 sM, membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api (2 Taw 28:3), dan Manasye melakukan kekejian yg sama (2 Raj 21:6). Samaria dihukum karena dosa ini (2 Raj 17:17). Raja Yosia di Yehuda memusnahkan bukit-bukit pengorbanan untuk dewa Molokh (2 Raj 23:10, 13). Nabi Yehezkiel masih mengutuk perbuatan itu pada awal abad 6 (Yeh 16:20 dab; 20:26, 31; 23:37). Masa pembuangan kelihatannya mengakhiri kebaktian ini, tapi itu terus hidup di Afrika Utara di tengah-tengah orang Fenisia penduduk Kartago sampai ke zaman agama Kristen.
KEPUSTAKAAN. W. F Albright, Archaeology and the Religion of Israel, 1953, hlm 162 dst; H Ringgren, Religions of the Ancient Near East, 1973, hlm 161 dst; M Weinfeld, 'The Worship of Molech and the Queen of Heaven', OF 4, 1972, hlm 133-154; A. R. W Green, The Role of Human Sacrifice in the Ancient Near East, 1976, hlm 176 dst. JAT/MHS/HAO

(1.00)
Ia menajiskan juga Tofet a  yang ada di lembah Ben-Hinom, b  supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya c  sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.

(0.97)
kemudian berangkatlah ke Lembah Ben-Hinom 1  r  yang di depan pintu gerbang Beling! Serukanlah di sana perkataan-perkataan yang akan Kusampaikan kepadamu!

(0.94)
Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet b  dan Lembah Ben-Hinom, c  melainkan Lembah Pembunuhan. d 

(0.84)
Ia membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom k  dan membakar anak-anaknya l  sebagai korban dalam api 1 , sesuai dengan perbuatan keji m  bangsa-bangsa yang telah dihalaukan TUHAN dari depan orang Israel.

(0.84)
Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet s  di Lembah Ben-Hinom 1  t  untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, u  suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku. v 

(0.81)
Bahkan, ia mempersembahkan anak-anaknya t  sebagai korban dalam api di Lebak Ben-Hinom; ia melakukan ramal, telaah dan sihir, dan menghubungi para pemanggil arwah u  dan para pemanggil roh peramal. v  Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya.

(0.78)
Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi "Tofet" dan "Lembah Ben-Hinom", melainkan "Lembah Pembunuhan w "; orang akan menguburkan x  mayat di Tofet karena kekurangan tempat,

(0.73)
Selanjutnya batas itu turun ke ujung pegunungan yang di tentangan lebak Ben-Hinom, di sebelah utara lembah orang Refaim; u kemudian turun ke lebak Hinom, v  sepanjang lereng gunung Yebus, ke selatan, kemudian turun ke En-Rogel. w 

(0.66)
Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk Baal di Lembah Ben-Hinom, e  untuk mempersembahkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka kepada Molokh f  sebagai korban dalam api, sekalipun Aku tidak pernah memerintahkannya kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak pernah timbul dalam hati-Ku, g  yakni hal melakukan kejijikan h  ini, sehingga Yehuda tergelincir ke dalam dosa. i 

(0.33)
Kemudian batas itu naik ke lembah Ben-Hinom, n  di sebelah selatan sepanjang lereng gunung Yebus, o  itulah Yerusalem; p kemudian batas itu naik ke puncak gunung yang di seberang lembah Hinom, q  di sebelah barat, di ujung utara lembah orang Refaim.r 






Jika anda ingin belajar bahasa Yunani, terlebih dahulu anda harus memiliki font Yunani di dalam PC/Laptop anda untuk dapat membaca tulisan, kalimat, dan kata-kata di dalam konten "Belajar Yunani".
Font Yunani dapat anda download di :

Jika anda ingin belajar Ibrani silahkan download font Ibrani di :