AYUB
Ayub berasal dari Tanah Us, ia
memiliki 10 orang anak (3 perempuan dan 7 laki-laki). Ia merupakan orang yang terkaya di daerah
timur. Ayub orang yang saleh, jujur,
takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
Selain itu Ayub juga memiliki banyak harta 7000 ekor kambing domba, 3000
ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan budak-budak dalam jumlah
yang sangat besar. Anak-anaknya juga
telah memiliki rumah masing-masing.
(Ayub 1:1-5) Semua kekayaan dan
kenikmatan yang dialami Ayub oleh karena Tuhan memberkati dan
menjaga/melindungi dirinya.
Tetapi dalam teks Ayub 1:6-12,
tercacat dialog pertama antara Tuhan dan Iblis, di mana Iblis ingin membuktikan
bahwa Ayub setia kepada Tuhan hanya karena dia diberkati dengan
kekayaannya. Tetapi jika ayub miskin,
maka Ayub pasti akan mengutuki Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Lalu Tuhan mengijinkan Iblis untuk
mendatangkan kehancuran terhadap segala yang dimiliki Ayub untuk membuktikan
bahwa Ayub tetap setia kepada Tuhan meskipun ia dalam keadaan yang berkekurangan.
Peristiwa itu pun terjadi dalam
Ayub 1:13-19. Iblis menghancurkan segala
sesuatu yang dimiliki oleh Ayub, baik anak-anaknya, semua hartanya, dan
budak-budaknya. Sehingga dengan sekejap
mata, semua kekayaan dan kenikmatan itu lenyap.
Tetapi dalam keadaan demikian Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh
Allah berbuat yang kurang patut. (Ayub
1:22).
Dialog kedua antara Tuhan dan
Iblis tercatat dalam Ayub 2:1-7. Pada
persitiwa yang pertama, Ayub terbukti tetap takut akan Tuhan, tetapi Iblis
mengajukan lagi pendapatnya bahwa jika saja Ayub mengalami sakit-penyakit maka
dia akan mengutuki Tuhan. Lalu Tuhan
mengijinkan untuk Iblis memberikan sakit penyakit kepada Ayub, sehingga Ayub
mengalami barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Tetapi lagi-lagi Ayub tidak berbuat dosa dan
tidak meninggalkan Tuhan dengan keadaan yang ia alami. Meskipun isterinya menginggalkannya dan
mendorong Ayub untuk mengutuki Allah, tetapi Ayub tidak melakukannya.
Penderitaan Ayub sangat berat,
bahkan sampai begitu beratnya semua teman-temannya tidak sanggup untuk melihat
penderitaan Ayub. Sepanjang pasal 3-42,
terjadi percakapan antara Ayub dan teman-temannya dan juga Ayub dengan
Tuhan. Dalam percakapan yang panjang, Ayub
memang merasa tidak bersalah, sehingga tidak sepatutnya mengalami hal yang
demikian. Ayub berusaha untuk
‘membenarkan dirinya dan mempersalahkan Tuhan’ (Ayub 40:3). Ayub merasa Tuhan begitu kejam terhadap
dirinya yang sebarnya tidak pernah berbuat salah kepada Tuhan, megapa bisa mengalami
demikian. Sedangkan mereka yang kejam
dan berdosa Tuhan tidak menghukum mereka.
(Ayub 30:20-23). Sehingga
Allahpun menegor Ayub dalam pasal 40:3, “Apakah engkau hendak meniadakan
pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?” Tetapi Ayub mengakui kesalahannya dan
mencabut perkataan-perkataan yang ia ucapkan sebelumnya. Ayub 42:6, “Oleh sebab
itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu."
Setelah melalui penderitaan yang
panjang, maka Tuhan memulihkan keadaan Ayub 2 kali lipat dari keadaan
sebelumnya. (Ayub 42:10-17).
Dari kisah Ayub kita bisa belajar
banyak hal:
·
Jika kita kaya maka, kekayaan yang kita alami
adalah berkat dari Tuhan dan Tuhan melindungi segala milik kita.
·
Pencobaan dan penderitaan yang kita alami, bukan
semata-mata karena kita berdosa, tetapi juga penderitaan itu datang sebagai
bentuk ujian terhadap iman kita.
·
Segala penderitaan yang kita alami adalah atas
seijin Tuhan, tanpa ijin Tuhan Iblis tidak pernah sanggup untuk menjamah dan
menghancurkan hidup kita.
·
Penderitaan yang kita alami bukan karena Tuhan
tidak adil, tetapi karena Tuhan ingin kita belajar banyak hal dari penderitaan
yang kita alami. Seperti seorang ayah
yang mendidik anaknya untuk tumbuh menjadi dewasa.
·
Orang yang takut akan Tuhan akan selalu disertai
dan dijagai oleh Tuhan dalam segala hal.
Jika anda mengalami penderitaan
dan bukan karena anda melakukan dosa, itu berarti anda sedang diuji untuk
meningkatkan kualitas ketekunan anda kepada Tuhan. Yakobus 1:2-3, “Saudara-saudaraku, anggaplah
sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar