MENOLONG ORANG YANG MENDERITA HOMOSEKS[1]
Tidak mudah bagi kita untuk bisa melakukan sesuatu yang
berbeda bagi orang lain, terlebih lagi kepada kaum homoseksual. Masyarakat
sudah terbiasa memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang harus dihindari, ditakuti
bahkan harus dikucilkan dari pergaulan. Jika demikian, bagaimana kita bisa
memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda dengan orang lain? Simak tanya
jawab berikut ini dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D.!
T: Bagaimana
tahapan-tahapan seseorang menjadi homoseks?
J:
Biasanya seseorang menyadari identitas seksualnya pada usia
3 atau 4 tahun. Namun seseorang akan menyadari seksualitasnya, ketertarikannya,
gairah, dan dorongan-dorongan seksualnya pada waktu mereka menginjak usia
remaja. Pada masa ini pulalah, seseorang yang memang orientasinya homoseksual
menyadari bahwa dia tidak tertarik kepada lawan jenisnya, dia jauh lebih
tertarik secara seksual dengan sesama jenis.
Saat dia menyadari itu, mulailah dia masuk ke dalam FASE
KEBINGUNGAN. Kebingungan dalam pengertian mereka bertanya-tanya mengapa saya
begini dan mengapa saya berbeda. Dia tidak merasakan bisa pas masuk ke dalam
kelompoknya karena teman-temannya pasti membicarakan tentang lawan jenisnya,
sedangkan dia tidak bisa bicara seperti itu. Dia mulai merasa berbeda dengan
teman- temannya.
Fase ini akan membawa dia ke FASE PENYANGKALAN. Saya tidak
mau menjadi seperti ini, saya normal, saya sama seperti orang lain, saya
heteroseksual, saya tidak ada bedanya dengan teman-teman saya. Dia akan terus
menggumuli dan melawannya, itulah sebabnya kita perlu berempati, dan menyadari
bahwa tidak ada satu anak remaja pun yang akan dengan senang hati menyambut
bahwa dia itu seorang homoseksual. Mereka akan merasa ketakutan, bingung, dan
tertekan sekali sebab mereka tidak mau menjadi orang yang berbeda dengan orang
lain, mereka ingin menjadi sama seperti teman- temannya, ini adalah suatu
penderitaan tersendiri bagi mereka. Akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka
memang berbeda dan mereka tidak bisa mengatasinya.
Masuklah dia ke dalam FASE MENCARI. Ada suatu kerinduan
mereka untuk bertemu dengan orang yang sama atau senasib seperti dirinya. Ini
adalah kerinduan untuk dimengerti, untuk mendapatkan teman yang sama, yang bisa
memahami dilemanya. Tanpa disadari, mulailah dia mencari. Akhirnya mereka
bertemu dengan yang sama sebab memang akan ada yang sama dalam lingkungan
mereka. Waktu bertemu, mulailah terjalin suatu hubungan yang akrab karena
mungkin sekali temannya itu menghadapi dilema yang sama dan juga sedang mencari
teman-teman yang sama sepertinya. Mereka menceritakan bahwa inilah yang mereka
alami, ketertarikan- ketertarikan kepada sesama jenis. Setelah itu, kemungkinan
besar yang terjadi adalah eksperimen seksual. Ini seringkali menjadi suatu
titik berangkat dimana mereka sekarang akan lebih dicenderungkan untuk
mengembangkan bukan saja orientasi homoseksual namun juga perilaku seksual,
yaitu ingin terus berhubungan seksual dengan sesama jenisnya.
Meskipun sudah tahu dan mereka menyadari bahwa mereka adalah
homoseksual dan tidak bisa lagi menghilangkannya, biasanya setelah eksperimen
seksual itu terjadi akan ada pergumulan. Fase ini disebut FASE PERGUMULAN.
Sekarang pergumulannya lebih dalam lagi, yaitu mereka menyadari bahwa ini bukan
saja keinginan tapi sudah menjadi tindakan. Jadi ada keinginan untuk tidak
seperti itu, saya ingin kembali lagi sama, saya ingin mencoba lagi menjadi
orang yang sama. Tidak jarang ada homoseksual yang akhirnya bertekad menikah,
bukan untuk menipu pasangannya, bukan untuk mengelabui orang lain, melainkan
karena mereka ingin mengalahkan dorongan itu dan mereka berpikir bahwa dengan
menikah mereka berharap mudah-mudahan dorongan seksual ini akhirnya bisa
hilang.
Bisa atau tidak memang tergantung dengan siapa kita
berbicara. Seseorang yang memang ingin membela keyakinan bahwa ia dilahirkan
sebagai homoseksual, dan tidak ada salahnya dengan diri seorang homoseksual,
akan berkata terimalah itu, mengapa mesti memikirkan berubah. Tapi kita
memiliki suatu titik berangkat, yaitu firman Tuhan yang tidak mengizinkan
seseorang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenisnya. Jadi, memang ada
orang yang memasuki FASE PENERIMAAN, menerima apa adanya, tidak usah lagi
melawan saya, dan menikmati hidup sebagai seorang homoseksual. Tapi Tuhan
menghendaki kita TIDAK MEMASUKI FASE PENERIMAAN itu, seyogyanyalah kita terus
berjalan di dalam fase pergumulan.
T:
Sebagai teman sepersekutuan atau teman segereja, bagaimana
sikap kita menghadapi kenyataan seperti itu?
J:
Kita mesti menekankan cara Tuhan menghadapi manusia, yaitu
Tuhan sebagaimana Tuhan Yesus pernah berkata: "Aku datang bukan untuk
menghakimi tapi menyelamatkan manusia dari dosa." Jadi Tuhan selalu
menggunakan cara pendekatan cinta kasih, Tuhan melihat kita berdosa, Tuhan
terus memanggil kita, Tuhan terus menantikan kita. Demikian pula dalam
menghadapi teman kita yang homoseksual. Respon kita haruslah tidak menjauhinya,
tidak mengejeknya, tidak menghinanya, tidak memberi dia label-label tertentu.
Justru kita harus bersimpati terhadap dia dan tetap berteman dengannya. Kita
harus menyadari bahwa seseorang menjadi homoseksual, biasanya setelah mengalami
pergumulan yang luar biasa beratnya, mereka juga ingin sama seperti orang lain.
Jadi kita mesti memahami sisi penderitaan itu, selain itu kita juga mesti
memahami bahwa mungkin sekali ada pengaruh genetik di dalam orientasi itu
sehingga mereka lebih cenderung seperti itu. Kalaupun misalkan faktor
genetiknya tidak sekuat dengan faktor lingkungan, kita tetap harus mengakui
bahwa jika kita dibesarkan dalam lingkungan seperti itu, kita mempunyai
kecenderungan yang sama dengan dia. Jadi kita tidak boleh mempunyai sikap benar
sendiri, mempunyai sikap sombong, saya ini suci, engkau ini tidak suci atau
saya ini bersih engkau ini kotor, kita tidak bisa mempunyai sikap seperti itu.
Kita mesti menyadari bahwa dia mengalami suatu penderitaan yang berat dan kita
mau menolongnya, itu yang harus kita lakukan, kita mau menolongnya. Sebab saya
kira kalau kita datang dengan sikap mau menolong, mau membantu, dia akan lebih
terbuka untuk membuka diri dan membiarkan dirinya ditolong oleh kita.
T: Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menolong mereka sampai
tuntas?
J: Yang paling praktis adalah membentuk suatu kelompok, di
mana kalau bisa, terdiri dari orang-orang yang mempunyai pergumulan tentang
homoseksualitas. Di sana kita adakan kelompok tumbuh bersama, berdoa bersama,
dan menguatkan satu sama lain. Jadi tujuan yang PERTAMA untuk mengubah
orientasi mereka sehingga mereka menjadi heteroseksual. Tujuan yang KEDUA,
selama belum menjadi heteroseksual, hiduplah kudus di hadapan Tuhan sebagai
seorang yang single yang tidak menikah. Kaum homoseksual juga bisa hidup
selibat, mempersembahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan itu akan menjadi
persembahan yang akan Tuhan terima asalkan dia tidak melakukan hubungan seksual
dengan orang lain. Jadi orientasi itu mungkin tetap ada di dalam dirinya dan
masih dalam pergumulan untuk hilang dari dalam dirinya, tapi dia tidak
melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Dia menjaga dirinya kudus dan
untuk ini mungkin perlu kelompok yang saling mendukung, saling menguatkan dan
saling mendoakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar