Jemaat Sardis (5)/ Wahyu 3:1-6
Letak Geografis kota Sardis :
Sardis merupakan kota dipropinsi
Romawi di wilayah Asia kecil, disebelah barat Turki. Kota ini merupakan kota benteng terkuat yang
hampir tidak terkalahkan, karena kota ini dikelilingi oleh tebing-tebing yang
curam dari batu-batu karang. Namun kota
ini berhasil ditalukan oleh raja Persia yaitu Koresy 546 sM. Tetapi pada zaman Romawi kota ini tidak
diistimewakan lagi oleh kaisar, walaupun mereka berusaha untuk membangun kuil
bagi kaisar untuk memperoleh kehormatan. Kaisar lebih memilih Smirna sebagai kota yang istimewa
pada waktu itu. Kota
sardis terkenal karena beberapa hal yaitu : perusahaan wol, tambang emasnya dan
percabulan. Secara khusus ekonomi kota
ini mengalami kemajuan yang sangat baik dari kota-kota lainnya, namun secara
moral mereka juga mengalami kemajuan dalam hal yang jahat.
Keadaan jemaat.
Ada beberapa kritikan, pujian, perintah
dan upah yang dituliskan oleh Yohanes kepada jemaat si Sardis.
Kritikan :
…Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati. (ay.1)
Perintah :
…Bangunlah
dan kuatkanlah…(ay.2) dan turutilah dan
bertobatlah…(ay.3)
Pujian :
…Tetapi di
Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya…(ay.4)
Upah :
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan
pakaian putih…Aku tidak akan menghapus namanya dari
kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya dihadapan BapaKu dan
dihadapan para malaikatNya. (ay.5)
Maksud
dari surat kepada jemaat di Sardis tidak lain adalah supaya di dalam kehidupan
jemaat di Sardis terjadi perubahan hidup yang benar-benar terfokus kepada
TUHAN. Ada satu kritikan yang tajam
dituliskan oleh Yohanes kepada jemaat di Sardis. Ay. 1, di sana dituliskan bahwa Aku (Tuhan)
tahu segala pekerjaanmu: engkau (jemaat disardis) dikatakan hidup (oleh
orang-orang disekitar mereka), padahal engkau mati (dihadapan Tuhan).
Menarik sekali kalimat yang
dituliskan oleh Yohanes, “…Aku tahu segala
pekerjaanmu:…”
Kata-kata ini muncul disetiap surat yang dituliskan oleh Yohanes kepada
7 jemaat di Asia.
Wahyu 2:2, “Aku tahu segala
pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu…” (J.
Efesus)
Wahyu 2:9, “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu…” (J. Smirna)
Wahyu 2:13, “Aku tahu di mana
engkau diam, yaitu di sana, di tempat tahta Iblis…” (J.
Pergamus)
Wahyu 2:19, “Aku tahu segala
pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu…” (J.
Tiatira)
Wahyu 3:1, “Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati…” (J.
Sardis)
Wahyu 3:8, “Aku tahu segala
pekerjaanmu: Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat di
tutup oleh seorang pun…” (J. Filadelfia)
Wahyu 3:15, “Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau
panas.” (J. Laodikia)
Dari seluruh ungkapan ini kita
dapat simpulkan bahwa, tidak ada sesuatu pun tersembunyi dari hadapan
Allah. Hidup kita terbuka luas di mata Allah. Allah mengetahui semua pekerjaan kita, Dia
mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan sebagai orang percaya. dan Dia menilai segala pekerjaan kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mengerti
konsep ini, bahwa TUHAN selalu memperhatikan hidup kita dan akan selalu
memberikan nilai buat setiap pekerjaan kita.
Jika buruk, maka Dia akan berkata buruk sekali pekerjaan kita, jika
baik, maka Dia akan menyatakan pujian dan upah kepada kita. Penilai terbaik dari setiap pekerjaan,
pelayanan dan ketekunan kita adalah Allah sendiri.
Jika kita mengetahui bahwa Allah
selalu memperhatikan kita dan menilai segala pekerjaan kita, maka kita akan
bekerja di dalam kesungguh-sungguhan.
Kita ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk Tuhan dan bukan kepada manusia. Kita tidak bekerja untuk manusia kita bekerja
bagi Allah, sehingga dalam bekerja kita tidak melakukannya dengan
bersungut-sungut atau pun dengan terpaksa.
Tetapi mengerjakan segala sesuatu seperti mengerjakannya untuk TUHAN.
(Kolose 3:23).
Tuhan mengenal pekerjaan jemaat di
Sardis, apa yang selama ini mereka lakukan atas nama orang percaya. Tuhan mengkritik mereka dengan berkata,
“engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati.”
Dalam terjemahan NIV berbunyi demikian, “…you have a
reputation of being alive, but you are dead.”
Kamu memiliki reputasi yang baik
dimata orang lain dengan segala sesuatu yang kamu lakukan sehari-hari dihadapan
orang. Orang dapat menilai kamu dengan
pandangan yang baik, orang dapat memuji semua pekerjaanmu, orang dapat menilai
bahwa kamu benar-benar adalah orang yang hidup dalam TUHAN. Tetapi dihadapanKu kamu adalah orang yang
sudah MATI.
Perkataan ini sungguh menegur
dengan keras kehidupan jemaat di Sardis.
Tuhan menganggap mereka sebagai orang-orang yang mati. “Nekros” dalam arti “Mati, tidak berguna.” Dihadapan Tuhan kamu tidak berguna lagi, kamu
tidak dapat melakukan hal yang Tuhan inginkan, sebab kamu mati.
Ilustrasi : Handphone
Tuhan tidak menilai seberapa hebat
kita ketika kita melayani dihadapan orang banyak. Tuhan tidak merasa kagum ketika kita bisa
melakukan segala pekerjaannya dengan baik.
Tetapi Tuhan akan merasakan bahwa kita mengasihi Dia ketika kita hidup
di dalam persekutuan yang benar dengan Dia.
Bukan besarnya pekerjaan yang kita lakukan yang membuat Allah bangga,
tetapi besarnya kasih kita kepada Allah di dalam hubungan kita secara pribadi
dengan TUHAN, akan memberikan nilai terbaik bagi kita di hadapan TUHAN.
Ketahuilah bahwa Allah akan
selalu menilai kita dengan pandangan-Nya.
Ayat 2, Bangunlah dan kuatkanlah…
Dengan keadaan mereka yang
demikian Tuhan memberikan perintah kepada mereka untuk “…bangunlah
dan kuatkanlah…”
Bangunlah…”gregoreo” : berjaga-jaga berarti tidak tidur; berwaspada;
hidup. Jemaat di Sardis seakan-akan
digambarkan sebagai orang yang sedang tertidur dengan segala dosa-dosa
mereka. Mereka tidak berjaga-jaga atas
kehidupan mereka, sehingga dengan mudah semua kebiasaan buruk yang ada di
sekitar mereka merasuki hidup mereka dan membuat mereka jauh dari Tuhan.
Ilustrasi
: Penjaga Gawang
Kuatkanlah…”sterizo” : meneguhkan; membuat dengan kokoh; menguatkan; mengarahkan. Jemaat di Sardis begitu lemah karena mereka
tertidur dan membiarkan kemalasan rohani menghinggapi mereka. Sehingga Tuhan menegur mereka untuk
menguatkan kembali kehidupan rohani mereka.
Tidak ada kekuatan yang paling kuat, selain duduk diam dan berdoa kepada
Tuhan dengan ketekunan. Kita butuh Tuhan
setiap hari, karena itu penting untuk setiap hari duduk diam dalam doa dan
perenungan FT. Karena hanya dengan FT
ada terang untuk kita bisa melangkahkan kaki kita. Ada kekuatan untuk kita bisa melawan segala
serangan dari kuasa kegelapan dan keinginan dosa.
Ilustrasi
: Seperti membangun sebuah benteng pertahanan.
Ayat
3, Turutilah itu dan bertobatlah
Bukan
hanya itu Tuhan juga memerintahkan mereka untuk taat dan bertobat dari segala
kejahatan mereka.
Turutilah…”tereo” : menjaga;menahan;menyimpan;memegang;menuruti. Bukan hanya mewaspadai kehidupan kita dan
menguatkannya, tetapi juga menuruti/menjaga dengan baik segala perintah yang
sudah kita dengar. Penting bagi kita
untuk menuruti perintah Tuhan, karena dengan menuruti berarti kita sudah
menjaga perintah Tuhan itu untuk tetap hidup di dalam diri kita.
Ilustrasi
: Sama halnya jika kita menuruti rambu-rambu lalu lintas, kita sudah menjaga
diri kita untuk tidak mengalami yang namanya kecelakaan atau pun teguran dari
kepolisian karena kita tidak mematuhi rambu lalu lintas. Jika kita menuruti perintah Tuhan – berarti
kita juga sudah menjaga hidup kita untuk tidak tercemar dengan segala kebiasaan
buruk yang ada di sekitar kita.
Bertobatlah…”Metanoeo” : menyesal;bertobat. Tuhan mengharapkan jemaat di Sardis
menyesal/bertobat dari segala kemunafikan yang mereka jalani selama ini. Tuhan ingin mereka bisa benar-benar menjadi
orang Kristen yang baik di dalam dan di luarnya. Dikenal orang baik – tetapi juga dikenal
Tuhan dengan baik, ini adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita
sebagai orang percaya.
Ilustrasi
: berbalik arah kepada TUHAN.
Karena
itu prioritaskan hubungan dengan Tuhan sebagai yang utama dari segala
sesuatu. Jika hal ini dengan tekun kita
lakukan maka ada upah yang Tuhan berikan bagi setiap kita (ay.5).
Jemaat
di Sardis dapat menjadi pelajaran buat kita untuk tidak mencari kehormatan di
hadapan manusia, tetapi mengoreksi setiap hidup kita selama ini dan kembali memprioritaskan
hidup kita untuk dapat tetap berkenan di hadapan Tuhan.
Ketika
kita menjalani pelayanan dengan berfokus kepada Tuhan-maka semua pelayanan yang
kita lakukan menyenangkan hati Tuhan.
Sebab Tuhan mengetahui semua pekerjaan yang kita lakukan dan Dia akan
selalu memberikan penilaian bagi setiap pekerjaan yang kita lakukan. Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar