Metafora
Ada tiga ayat dalam
kitab Zefanya 1 yang berbentuk metaphor ayat-ayat itu antara lain terdapat dalam
Zefanya 1:4,12,18. Ada dua bentuk dari
bahasa kiasan pendek metaphor yaitu bentuk antropomorpisme dan
antropopatisme. Zefanya 1:4 melukiskan
Allah dengan bentuk antropomorpisme atau “istilah yang digunakan untuk menunjuk
bentuk atau organ mausia yang dipakai untuk melukis Allah.”[1] Zefanya 1:4, “Aku akan mengacungkan
tangan-Ku terhadap Yehuda dan terhadap segenap penduduk Yerusalem. Aku akan
melenyapkan dari tempat ini sisa-sisa Baal dan nama para imam berhala. Kalimat “Aku akan mengacungkan tangan-Ku
terhadap Yehuda” berasal dari kalimat bahasa Ibrani וְנָטִ֤יתִי
יָדִי֙ עַל־יְהוּדָ֔ה transliterasi Wenati’ti yadi al-Yehuda. Kata kerja וְנָטִ֤יתִי
Wenati’ti
berasal dari kata dasar Natah. KJV mengartikan Kalimat וְנָטִ֤יתִי יָדִי֙ Wenati’ti
yadi
dengan kalimat And I will streatch out My
hand yang mempunyai arti “Dan Aku akan mengulurkan atau mengacungkan
tangan-Ku”. Zefanya menggunakan kalimat
antropomorpisme “Aku akan mengacungkan tangan-Ku” di dalam kitabnya untuk menggambarkan
tindakan Allah atas dosa Yehuda. Acungan
tangan TUHAN dalam ayat ini sebagai tanda bahwa TUHAN sekarang telah menjadi
lawan mereka. Ia yang sebelumnya selalu berpihak
kepada Yehuda dan melindungi mereka seperti seorang anak, sekarang telah berbalik
menjadi Allah yang murka. Ia hendak
memukul umat-Nya karena perbuatan mereka yang berdosa dengan tujuan agar mereka
jera dan bertobat dari perbuatan dosa mereka (Keluaran 15:12; II Raja-raja
21:13;Yesaya 14:26,27). Ketika Yehuda hidup
dalam dosa berarti mereka telah menjadikan Allah seteru mereka (Ratapan 2:17;
Yakobus 4:4).
Selain methapor bentuk
antropormorpisme ada juga metafora yang berbentuk antropopatisme atau “istilah
yang digunakan untuk menunjuk kepada perasaan, kegemaran dan keinginan manusia
yang dipakai untuk melukis Allah.”[2]
Zefanya 1:12, “Pada
waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum
orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dan yang
berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat!” Kalimat “Aku akan menggeledah” berasal dari
bahasa Ibrani אֲחַפֵּ֥שׂ אֶת־יְרוּשָׁלִַ֖ם transliterasi ahapes et-yerusyalim dan dalam KJV mengartikannya dengan kalimat I will search yang berarti “Aku akan
mencari”. Mencari berarti “berusaha
mendapatkan (menemukan, memperoleh)”[3],
Zefanya menggunakan kiasan methapor bentuk antropopatisme untuk menggambarkan keinginan
TUHAN dalam bentuk yang sama dengan tindak manusia, yaitu TUHAN akan
menggeledah Yerusalem, kalimat ini
menunjukkan sikap Allah yang serius dalam bertindak dengan mencari semua orang
yang telah berbuat dosa di Yerusalem dan di mana pun mereka berada, mereka
tidak dapat bersembunyi.
Zefanya 1:18, “Mereka tidak
dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan
seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah
kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.” Kalimat yang mengandung antropopatisme adalah
“api cemburu-Nya”, dalam hal ini Zefanya hendak menyatakan bahwa TUHAN adalah
Allah yang memiliki perasaan cemburu oleh karena umat-Nya Yehuda telah
berpaling dari Dia. Api cemburu yang
dirasakan Tuhan mendorong-Nya untuk menghukum segala kejahatan umat-Nya. “Kecemburuan Allah adalah suatu konsep PL
yang lazim dikenal. Hanya Allah sendiri
yang boleh dan harus disembah. Dan
dengan segala gelora semangat kekasih yang terhalangi, Dia melawan ketidaksetiaan umat-Nya yang
berdosa. Kecemburuan Allah menyatakan ke
dalaman kasih-Nya itulah sebabnya bahwa Dia ingin memiliki bagi diri-Nya umat-Nya
seutuhnya.”[4] Namun kecemburuan yang dimiliki oleh Allah
tidak bisa disamakan dengan emosi yang ada pada manusia, sebab api cemburu dari
Allah digerakan oleh rasa kasih-Nya yang besar kepada umat kesayangan-Nya.
[1] Hasan Sutanto,
Hermeneutik: Prinsip dan Metode
Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 1998), 248.
[2] Hasan Sutanto,
Hermeneutik: Prinsip dan Metode
Penafsiran Alkitab (Malang : SAAT, 1998), 248.
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusatbahasa.diknas.go.id.
“cari”; diakses 31 Maret 2011; tersedia di
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
[4] Tafsiran Masa Kini II Ayub-Maleakhi (Jakarta:
OMF, 1985), 704.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar