26 September 2011

Metode Penafsiran Alkitab


Metode-Metode Penafsiran
Dalam ilmu penafsiran, ada metode-metode yang digunakan untuk menafsirkan teks.  Hal ini dikarenakan setiap naskah dari Alkitab itu dituliskan dengan tujuan yang berbeda-beda dan menyimpan makna yang berbeda pula dari setiap penulis Alkitab.
1.      Metode Alegoris
Metode ini beranggapan bahwa dibalik arti yang jelas dan nyata dari kitab suci terdapat arti yang sebenarnya.  Dalam membuat alegori, sebuah nas dengan arti harfiah yang jelas ditafsirkan dengan memakai perbandingan pokok demi pokok, yang memunculkan suatu arti rohani tersembunyi yang tidak jelas dalam bahasa nas tersebut.
Alegoris : Suatu cerita yang didalamnya orang-orang, hal-hal dan kejadian-kejadian mempunyai arti lain, seperti dalam fable, atau parable (perumpamaan); alegori digunakan untuk mengajar atau menjelaskan: penyajian ide-ide dengan memakai cerita-cerita tersebut; cerita atau gambar simbolis. (Webster)
Suatu alegori adalah suatu metafora yang luas, sama seperti perumpamaan adalah tamsil yang luas.  Suatu metafora adalah suatu kata kiasan yang di dalamnya suatu hal disamakan dengan yang lainnya.  Di dalamnya suatu hal dibicarakan seakan-akan hal itu adalah hal lainnya.  Ini merupakan suatu perbandingan tersirat yang di dalamnya satu kata atau frasa yang biasanya dan yang terutama digunakan untuk hal lain (Mis.  Tuhan, Bukit batuku – Mazm. 18:3; Lihat Anak Domba Allah – Yoh.1:29).
Sebuah tamsil adalah sebuah kata kiasan yang di dalamnya satu hal disamakan dengan hal lainnya.  Tetapi biasanya dengan memakai kata-kata “seperti” dan “bagaikan.”  Tamsil adalah perbandingan yang dinyatakan yang di dalamnya diberikan bukti bahwa sedang diadakan suatu perbandingan (Mis.  Seperti bayi yang baru lahir – 1 Pet.2:2).
Dari defenisi ini bisa ditarik satu perbedaan penting antara alegori dan perumpamaan.  Alegori berisi penafsirannya sendiri secara lengkap di dalamnya, atau dalam konteksnya, karena hal yang satu dinyatakan sebagai hal lainnya (Akulah pokok anggur – Yohanes 15:1),  Perumpamaan bisa secara jelas menyatakan perbandingannya (Hal kerajaan sorga itu seumpama biji sesawi – Mat.13:31), atau tanpa perbandingannya sama sekali dan akan memerlukan penjelasan dari luar perumpamaan tersebut untuk mengetahui apa yang diperbandingkan (Adalah seorang penabur keluar untuk menabur – Mat.13:3).
2.      Metode Mistis
Metode ini beranggapan bahwa dibalik kata dan pengertiannya yang biasa itu tersembunyi aneka ragam arti.  Jadi metode mistis manganggap kitab suci bisa mempunyai sejumlah arti.  Ketika sebuah nas ditulis oleh penulis Alkitab, tujuan dari penulis Alkitab tersebut bukan hanya satu tetapi banyak pengertian yang tersembunyi di dalamnya.  Sehingga metode mistis menafsirkan sendiri sesuai dengan aturan sendiri, bukan didasarkan atas maksud dari penulis Alkitab tersebut.
3.      Metode Pengabdian.
Metode ini beranggapan bahwa Alkitab ditulis untuk pembinaan pribadi setiap orang yang percaya dan bahwa pengertiannya yang tersembunyi untuk setiap pribadi hanya bisa diungkapkan dengan cahaya sinar rohani batiniah yang besar.  Metode ini memeriksa Alkitab untuk menemukan arti yang dapat membangun kehidupan rohani.  Jadi, menafsirkan ayat-ayat Alkitab dengan metode pengabdian berarti mencari dibalik arti harfiah yang jelas dari ayat-ayat itu pengertian rohani yang dapat diterapkan dalam kehidupan orang percaya.  (mis. Mat.10:9,10,19).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika anda ingin belajar bahasa Yunani, terlebih dahulu anda harus memiliki font Yunani di dalam PC/Laptop anda untuk dapat membaca tulisan, kalimat, dan kata-kata di dalam konten "Belajar Yunani".
Font Yunani dapat anda download di :

Jika anda ingin belajar Ibrani silahkan download font Ibrani di :