28 Juli 2011

Pengertian Keluarga


            Dalam arti yang sederhana keluarga adalah, “Ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah.”[1]  Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) : “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.”[2]  Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :  “Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.”[3] 
Menurut pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satu bentuk lembaga yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak, yang hidup dalam sebuah rumah tangga.  “Sebagai pembentukan unit yang lebih dari satu pribadi, maka unit yang paling dasar disebut unit keluarga melalui pernikahan yang sah.  Ini menjadi unit pembentukan masyarakt yang paling dasar.”[4]
Pengertian Anak
Ada beberapa pengertian tentang anak, Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986), “anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.”[5]  Haditono (dalam Damayanti, 1992), “berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.”[6]  Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) memberikan batasan mengenai pengertian anak atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun.  Seperti yang dinyatakan dalam Pasal 330 yang berbunyi : belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu kawin.”[7]  Jadi anak merupakan suatu bagian penting di dalam keluarga yang membutuhkan arahan, bimbingan dan tuntunan untuk menjadi lebih dewasa dalam segala hal.
Peranan Orang Tua di Dalam Keluarga
            Keluarga sebenarnya memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang kuat.  Di dalam sebuah keluarga peranan terpenting dipegang oleh kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu.  Dari sekian banyak peranan, keduanya memiliki tanggung jawab yang paling utama di dalam membentuk kepribadian anak mereka.  Mary Go Setiawani mengatakan, “Konsep moral bagi remaja/pemuda adalah ukuran yang dipakai untuk menentukan benar atau salah, nilai dan konsep hidup.  Semua itu dipengaruhi oleh lingkungan hidup termasuk pengaruh dari kerluarga, yaitu dari orang tua maupun dari saudara, pandangan umum dalam lingkungan masyarakat, pendidikan moral yang diajarkan sekolah, juga pengaruh dari acara televisi dan sebagainya.”[8]  Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa, keluarga memiliki peranan yang penting di dalam membentuk moral seorang anak.  Perilaku moral anak tergantung dari pembentukan imannya atau pengenalannya kepada TUHAN.  Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama di dalam pendidikan iman anak, sehingga peranan orang tua harus dapat berjalan dengan baik.  Amsal 22:6 berkata demikian, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”  Dasar dari pendidikan iman di dalam keluarga adalah kebenaran firman TUHAN.  Tidak mudah memang dalam mendidik iman anak di dalam lingkungan keluarga.  Larry Cristenson mengatakan,
Semua orang tua harus menyesuaikan diri kepada kenyataan yang kadang-kang sukar untuk disadari, yaitu bahwa setiap anak adalah berlainan, dan sementara mereka bertumbuh menjadi dewasa, anak-anak itu makin hari makin berbeda kehidupannya.  Itu tidak berarti di dalam suatu keluarga tiap-tiap anggotanya hanya memperjuangkan kehendak perorangan saja, tetapi itu berarti bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dalam tabiat dan pembawaan anak-anak menandakan adanya perbedaan arah kehidupan yang telah ditentukan Allah untuk mereka masing-masing.[9]

            Pembinaan terhadap anak tetap merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua dan tidak dapat diberikan kepada orang lain.  Sebenarnya kepribadian orang tua menentukan bagaiman ia memandang pentingnya pembinaan iman di dalam keluarga.  Ulangan 6:5-7, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”  Pendidikan iman terhadap anak harus terus dilakukan dan Allah telah menyerahkan tugas dan tanggung jawab itu kepada orang tua.
Pandangan Paul D. Meir Tentang Pengembangan Rohani Anak di Keluarga[10]
Paul D. Meir membahas bahwa pengembangan rohani anak dibagi dalam dua masa, yaitu masa sekolah dasar dan masa belasan tahun.  Dalam bukunya yang berjudul Membesarkan Anak dan Pengembangan Watak Secara Kristen, Paul D. Meir mengukapkan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pengembangan rohani anak pada dua masa ini,
Masa Sekolah Dasar
Pengenalan
Kebanyakan anak menunjukan sikap bekerja sama selama masa ini.  Mereka ingin menyenangkan orang tua dan guru serta meniru pengajaran moral dari orang tua.  Komunikasi orang tua dengan anak amat mempengaruhi harga diri anak sendiri.
Kesadaran Pertumbuhan Awal
Seorang anak akan terus meniru orang tuanya yang sejenis kelamin serta berpikir konkrit sampai usia 11 tahun.  Setelah itu ia baru mulai dapat memikirkan konsep-konsep abstrak.
Suasana Ibadah Yang Menyeluruh
Orang tua harus menciptakan suasana ibadah yang menyeluruh di rumah.  Artinya ada kasih, komunikasi, bermain dengan anak, perwujudan buah-buah Roh, serta mendengarkan lagu-lagu rohani dari waktu ke waktu.
Perkemahan Kristen
Perkemahan Kristen mungkin dapat disamakan dengan Camp Anak atau Remaja pada masa sekarang.  Dalam kegiatan ini anak di dorong untuk dapat mempelajari Alkitab bersama-sama teman sebanyanya.
Pilihan anda bagi lingkungan gereja untuk anak anda: suatu factor yang utama
Mendorong anak untuk ikut berpartisipasi di dalam ibadah gereja dan bergaul karib dengan sesama anak Kristen di gereja.
Masa Belasan Tahun
Mencari Identitas
Dalam tahap semcam ini mereka sudah siap untuk menyatakan pilihan keagamaan mereka.  Mereka pun mulai mencari makna kehidupan.  Orang tua berperan aktif untuk membimbing dan menolong mereka.
Suasana Rohani di Rumah
Remaja dapat berpikir seperti orang tua walaupun mereka sebenarnya kurang dewasa.  Itu sebabnya hubungan orang tua dan anak remaja harus menunjukkan bukan saja kasih tetapi juga penghargaan kepada mereka sama seperti menghargai orang dewasa muda.
Akhirnya!Iman Mereka Sendiri
Selama masa akhir usia belasan tahun, remaja umumnya memiliki kebutuhan yang amat besar untuk tidak tergantung pad orang tua.  Untuk menghadapi masa ini orang tua harus mengkomunikasikan Kekristenan dengan cara yang dapat dipahami oleh generasi muda.


[1] “Keluarga,” Kamusbahasaindonesia.org; diakses 02 Juni 2011; tersedia di http://kamusbahasaindonesia.org/keluarga.
[2] “Pengertian-Keluarga,” www.Scribd.com; diakses 02 Juni 2011; tersedia di http://www.scribd.com/doc/24864749/Pengertian-Keluarga
[3] Ibid.
[4] Stephen Tong, Keluarga Bahagia (Jakarta: Timur Agung, 1991), 11.
[5] “Pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis,” Duniapsikologi.dagdigdug.com; diakses 02 Juni 2011; tersedia di http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis/
[6] Ibid.
[7] “Pengertian-anak,” Prabusetiawan.blogspot.com; diakses 02 Juni 2011; tersedia di http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/pengertian-anak.html
[8] Mery Go Setiawani, Pembaharuan Mengajar (Bandung: Kalam Hidup), 60.
[9] Larry Cristenson, Keluarga Kristen (Semarang: Buku Betania, 1988), 63.
[10] Paul D. Meir M.D, Membesarkan Anak dan Pengembangan Watak Secara Kristen (Surabaya: YAKIN, 1985), 95.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika anda ingin belajar bahasa Yunani, terlebih dahulu anda harus memiliki font Yunani di dalam PC/Laptop anda untuk dapat membaca tulisan, kalimat, dan kata-kata di dalam konten "Belajar Yunani".
Font Yunani dapat anda download di :

Jika anda ingin belajar Ibrani silahkan download font Ibrani di :